Saturday, January 30, 2010

~ Cukuplah Allah Bagiku ~



Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakallah kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabbnya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah.

Syahdan, ketika nabi Ibrahim dilemparkan kedalam kobaran api, ia mengucapkan ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’ , maka Allahpun menjadikan api yang panas itu dingin seketika. Dan ibrahim pun tidak terbakar. Demikian halnya yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Tatkala mendapat ancaman dari pasukan kafir dan penyembah berhala, mereka juga mengucapkan, ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’

(Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar dari) Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan, Allah mempunyai karunia yang besar) < QS. Ali-Imran: 173-174 >

Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang paling lemah. Mereka akan mampu menghadapai semua itu dengan baik hanya bila bertawakkal kepada Rabbnya, percaya sepenuhnya kepada pelindungnya, dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah dan tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan coabaan?

(Dan, hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar beriman) < QS. Al-Maidah: 23 >

Wahai orang yang ingin menyadarkan dirinya, bertawakallah kepada Yang Maha Kuat dan Maha Kaya yang kekuatan amat besar ada pada-Nya. Itu bila anda mau keluar dari kesusahan dan selamat dari bencana. Jadikanlah ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’ syiar dan semboyan yang selalu menyelimuti langkah hidup anda. Jika harta anda sedikit, hutang anda banyak, sumber penghidupan anda kering, dan mata pencaharian anda terhenti, mengadulah kepada Rabbmu seraya mengucapkan ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’

Jika anda takut kepada seorang musuh, cemas terhadap perlakuan orang zalim, atau khawatir dengan suatu bencana, maka ucapkanlah dengan tulus kalimat ini ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’

(Dan cukuplah Rabb-mu menjadi pemberi petunjuk dan penolong) < QS. Al-Furqan: 31 >


.....................................................................................


Aku merasa puas dengan Tuhanku sebagai pengganti, dan penghibur dari segala sesuatu yang tidak aku inginkan selain Dia Betapa rindu hati ini kepada Penguasa yang selalu melihatku dalam semua gerak-geriku sedang aku tidak dapat melihatNYA Jika aku bertaubat, itu atas anugerahNYA kepadaku Dan jika aku berbuat dosa, Dia adalah harapanku Jika aku berpaling, Dia menyeruku Dan jika aku menghadap, Dia mendekatkanku (kepadaNYA) Jika aku mencintaiNYA, Dia memeliharaku Dan jika aku ikhlas, Dia membisikiku Jika aku berbuat lalai, Dia memaafkanku Dan jika aku berbuat baik, Dia membalasku Wahai kekasihku, Engkau Maha Pemurah kepadaku Maka singkirkanlah semua kesedihanku Hanya kepada Engkaulah kerinduanku Dengan segenap hatiku, lahir dan batinku Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah Dan yang paling diharapkan (kemurahanNYA) Wahai Yang Maha dahulu kebaikanNYA kepadaku Kerananya tidaklah layak bagiMU melupakanku Wahai Tuhan semua manusia baik di dunia mahupun di akhirat Atas semua perbuatan yang kulakukan Maha Suci Tuhan yang mempunyai keagungan Dan yang mempunyai pembalasan Maha Perkasa kedudukanNYA Lagi Maha Terpuji semua perbuatanNYA Kegembiraanku dengan pertanyaan (hisab) Adalah kerana aku akan dapat melihatNYA Maka bagaimanakah aku tidak gembira denganNYA Bila Dia menganugerahiku Wahai Yang Mempunyai kemuliaan Wahai yang mempunyai kemurahan Anugerahilah aku Dan ubahlah apa yang Engkau lihat Dari keburukan keadaanku Aku mengadu kepadaMU tentang dosa-dosa yang tidak dapat kuingkari Sesungguhnya aku selalu berharap kepadaMU Wahai Yang Maha Pemberi anugerah Untuk mengampuninya Sebelum hisabMU kepadaku di Padang Mahsyar Wahai Tuhan tumpuan harapanku pada hari pembalasan Hari yang penuh dengan ketakutan Saat Engkau menyebutkannya Aku memohon Engkau mengampuninya di Padang Mahsyar Sebagaimana Engkau menutupinya ketika di dunia Wahai Tuhan tumpuan harapanku Kerana Engkaulah yang akan menghisabku.... [Petikan dari Cambuk Hati, karya Dr. Aidh bin Abdullah Al-Qarni]


-------------------------------------------------------------------------------------


Ya ALLAH,jika segala yang berlaku baik berupa nikmat mahupun bencana bertubi-tubi berlaku terhadapku,kaum kerabatku,sahabat2ku dan saudara seislamku,izinkanlah kami menjadi hamba yang lebih rapat dan dekat kepadaMu dalam merebut cinta dan redha daripada Mu..Amin Amin Ya Rabbal Alamin.. Baca Selengkapnya..

Friday, January 8, 2010

Sebuah Dialog di Malam Hari, Buat Insan Bernama Dai'e

"Akhi, dulu ana merasa semangat saat-saat aktif dalam dakwah. Tapi, kebelakangan ini rasanya semakin terasa hambar. Ukhuwah makin kering-kontang, bahkan ana melihat ternyata banyak ikhwah pula yang aneh dan pelik!"

Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada murabbinya di suatu malam. Sang murabbi hanya terdiam, mencuba terus menggali semua kegelisahan dalam diri mad'unya.

"Lalu apa yang ingin anta lakukan setelah merasakan semua itu?" Sahut sang murrabi setelah sesaat termenung seketika.

"Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan perilaku dan sikap beberapa ikhwah yang tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Jika terus begini, lebih baik ana bersendiri saja." Ikhwah itu berkata.

Sang murabbi termenung kembali. Tidak kelihatan raut terkejut daripada wajahnya. Sorot matanya tetap kelihatan tenang, seakan jawapan itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

"Akhi, bila satu kali anta naik sebuah kapal mengharungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah rosak. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang reput, bahkan kabinnya penuh dengan sampah bauan kotoran akibat manusia. Lalu apa yang anta lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?" Tanya seorang murabbi dengan kiasan yang mendalam maknanya.

Sang mad'u terdiam berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam dengan kiasan yang amat tepat.

"Apakah anta memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?" Sang murabbi mencuba memberi jawapan kepadanya.

"Bila anta terjun ke laut, sesaat anta akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan anta untuk berenang sampai tujuan? Bagaimana bila ribut datang? Dari mana anta mendapat makan dan minum? Bila malam datang bagaimana anta mengatasi hawa dingin?"

Serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan sang ikhwah tersebut. Tidak semena-mena, sang ikhwah menangis tersedu-sedu. Tak kuasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kekadang memuncak, namun sang murabbi yang dihormatinya justeru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.



"Akhi, apakah anta masih merasa bahawa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju redha ALLAH SWT?"

Pertanyaan yang menghujam jiwa sang ikhwah. Ia hanya mengangguk.

"Bagaimana bila ternyata kereta yang anta bawa dalam menempuh jalan itu ternyata rosak dan bermasalah? Anta akan berjalan kaki meninggalkan kereta itu tersadai di tepi jalan atau mencuba memperbaikinya?" Tanya sang murabbi lagi.

Sang ikhwah tetap terdiam dalam esakan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya.

"Cukup akhi, cukup. Ana sedar. Maafkan ana, InsyaALLAH ana akan tetap istiqamah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat pingat kehormatan atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan. Atau ana mendapat nama di sisi manusia. Biarlah yang lain dengan urusan peribadi masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah dan hanya Allah swt sahaja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji-NYA. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana."

Sang mad'u berazam di hadapan sang murabbi yang semakin dihormatinya. Sang murabbi tersenyum.

"Akhi, jama'ah ini adalah jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan dan kekurangan. Tapi di sebalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah peribadi-peribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan ALLAH SWT."

"Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu meresahkan perasaan anta. Sebagaimana ALLAH SWT menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata anta dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Kerena di mata ALLAH SWT, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur lemah atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidakkesepakatan selalu diselesaikan dengan jalan itu; maka apakah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" Sambungnya panjang lebar.

"Kita bukan sekadar pemerhati yang hanya berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding jari kerana sesuatu kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafir pun boleh melakukannya. Tapi kita adalah dai'e. Kita adalah khalifah. Kitalah yang diberi amanat oleh Allah swt untuk menyelesaikan masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya membongkarnya, yang menjadikan ia semakin meruncing dan membarah."

Sang mad'u termenung sampai merenungi setiap kalimat murabbinya. Azamnya kembali menguat. Namun ada satu hal yang tetap bergelayut di hatinya.

"Tapi bagaimana ana boleh memperbaiki organisasi dakwah dengan kemampuan ana yang lemah ini?"

Sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.

"Siapa kata kemampuan anta lemah? Apakah Allah swt menjadikan begitu kepada anta? Semua manusia punya potensi yang berbeza. Namun tak ada yang mampu melihat bahawa yang satu lebih baik dari yang lain!" Sahut sang murabbi.

"Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah kerjasama dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang pada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu kerana peringatan selalu berguna bagi orang yang beriman. Bila ada sebuah isu atau fitnah, tutuplah telinga anta dan bertaubatlah. Singkirkan segala prasangka anta terhadap saudara anta sendiri."

Malam itu sang mad'u menyedari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap hidup bersama jama'ah untuk tetap mengharungi jalan dakwah dan tarbiyah. Kembalikan semangat itu saudaraku, jangan biarkan putus asa itu hilang, ditelan gersangnya debu yang menerpa. Biarlah itu semua menjadi saksi sampai kita diberi dua kebaikan oleh ALLAH SWT.

Kemenangan atau Mati Syahid

Ikhlas adalah roh daripada setiap amal. Ikhlas adalah motivasi yang kuat agar amal kita tetap terjaga sentiasa, tidak usang kerana kepanasan dan tidak luntur kerana kehujanan, tidak ghurur kerana pujian dan tidak kendur kerana cacian. Terus bergerak ke arah tujuan yang paling tinggi puncak dan cita-citanya. Peliharalah keikhlasan dalam bekerja. Semoga kita sama-sama terus istiqamah dalam dakwah dan tarbiyyah.


sumber : www.iluvislam.com Baca Selengkapnya..

Template by:
Free Blog Templates