Wednesday, March 17, 2010
KECEMBURUAN HUD-HUD TERHADAP PENYELEWENGAN TAUHID
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata : "Mengapa aku
tidak melihat Hud-hud apakah dia termasuk yang tidak hadir.
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau
benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku
dengan yang terang".
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata : "Aku
telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya ; dan kubawa
kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan
dia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah ; dan
syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.
Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam
di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan
apa yang kamu nyatakan.
Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang
mempunyai 'Arsy yang besar" [An-Naml : 20 - 26]
Tergerak dari sebuah rasa kecemburuan terhadap penyimpangan aqidah dalam hati seekor burung ketika ia merasa enggan melihat seseorang bersujud dan menyembah kepada selain Allah. Yang mana hal tersebut dilandasi dengan dasar ilmu bahwa penyembahan yang dilakukan kepada selain Allah adalah perbuatan sia-sia dan merupakan kebinasaan. Inilah suatu kebenaran yang nyata dan wajib untuk diketahui oleh semua orang.
(Kemudian timbul pertanyaan) bagaimana mereka bisa sujud kepada selain
Allah, menundukkan kepala-kepala mereka dan merendahkan (dengan rasa
hina) leher-leher mereka dihadapan mahluq--mahluq Allah ? semestinya
kepala-kepala dan leher harus terangkat, tubuh harus berdiri tegak
dihadapan makhluk Allah. Karena seluruh mahluk adalah sama derajatnya
dihadapan Allah dalam permasalahan ubudiyah (peng-hambaan) meskipun
dalam masalah setatus derajat kehidupan di dunia mereka berada. Maka
kening itu tidak boleh ditundukkan kecuali hanya kepada Allah saja,
punggung tidak boleh dimiringkan dan ditundukan dengan rasa hina kecuali hanya kepada Dzat Yang Maha Pemberi Kehidupan.
Itulah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada manusia yang mulia. Ubudiyah (peribadatan)bagi manusia adalah sebuah kedudukan yang tinggi dan tidaklah dipilih hak dan pelaksanaan peribadatan itu kecuali oleh
orang-orang yang berilmu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah diberikan penawaran oleh Allah 'Azza wa Jalla antara menjadi seorang Raja (penguasa) dan Rasul (utusan) atau sebagai seorang Hamba dan Rasul (utusan). Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memilih sisi ubudiyah (penghambaan) yaitu sebagai seorang hamba yang di utus, karena beliau mengetahui hakikat dari ubudiyah, dan bagaimana mungkin beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui hal tersebut sedangkan beliau adalah sebagai orang yang mengajarkan Al-Hikmah (Al-Qur'an dan Sunnah).
Pada hakikatnya burung Hud-hud ini adalah salah satu sekor makhluk Allah yang beriman, artinya bahawa ia tidak mengetahui yang patut disembah kecuali hanya Allah semata. Sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka" [Al-Isra : 44]
Dan sebuah kenyataan bahwa burung Hud-hud ini memiliki ilmu dan mengenal beberapa perkara yang samar dimana urusan tersebut tidaklah dikenal kecuali oleh kalangan Ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu).
Tidaklah Hud-hud ketika melewati pada suatu kaum musyrik dengan sikap sebagaimana orang-orang yang tidak peduli dengan keberadaan kaum yang mereka lewat dihadapannya, tidak pula terburu-buru dalam menafsirkan keadaan kaum tersebut, dengan mengatakan : "Mereka adalah orang-orang bodoh dan dungu". Akan tetapi Hud-hud bergerak dan pergi dengan perlahan-lahan kemudian datang melaporkan kejadian yang baru ia saksikan kepada Nabi Allah Sulaiman 'Alaihi sallam dengan kabar yang yakin (tidak diragukan kebenarannya).
Ada pendapat yang mengatakan : Bahwasanya Hud-hud adalah hewan yang
telah dipersiapkan secara khusus dan termasuk salah satu dari golongan
pasukan Nabi Sulaiman yang bertugas khusus dalam hal pengintaian
(menjaga serta mengawasi) dan memiliki kedudukan sebagai mahluk yang
berakal dan berilmu.
Bisa jadi perkataan itu benar. Akan tetapi yang paling penting dalam
kasus di atas adalah sikap marah dan perlawanan yang dimiliki dan
diberikan oleh seekor burung terhadap penyimpangan tauhid yang terjadi.
Sementara di lain pihak kita melihat dan menemukan sebagian manusia dari kalangan orang-orang Islam yang melewati dan melihat kejadian
sebagaimana yang dialami burung Hud-hud ini tanpa ada rasa marah dan
ingkar dalam diri mereka. Bahkan terkadang mereka membenarkan sikap
orang-orang yang bersalah dan tersesat dari jalan tauhid.
Allah (saja yang dimintai pertolongan), seandainya burung Hud-hud
ini melewati pada sebagian negeri-negeri kaum muslimin pada zaman
sekarang dan melihat sikap mereka bergegas untuk mendatangi
tempat-tempat yang diagungkan seperti perkuburan-perkuburan, kubah-kubah (sejenis bangunan untuk menutupi atas kuburan tertentu). Dan seandainya Hud-hud mendengar teriakan-teriakan mereka tersebut ..... dari sebagian kaum muslimin yang menyeru kepada selain Allah !!!
Sungguh suatu realiti pahit yang sangat membimbangkan..lalu bilakah kaum
muslimin akan sadar dan memperhatikan hal ini .... Demikian pula para
Da'i Islam ??
"Artinya : Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata : "Mengapa aku
tidak melihat Hud-hud apakah dia termasuk yang tidak hadir.
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau
benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku
dengan yang terang".
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata : "Aku
telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya ; dan kubawa
kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan
dia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah ; dan
syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.
Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam
di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan
apa yang kamu nyatakan.
Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang
mempunyai 'Arsy yang besar" [An-Naml : 20 - 26]
Tergerak dari sebuah rasa kecemburuan terhadap penyimpangan aqidah dalam hati seekor burung ketika ia merasa enggan melihat seseorang bersujud dan menyembah kepada selain Allah. Yang mana hal tersebut dilandasi dengan dasar ilmu bahwa penyembahan yang dilakukan kepada selain Allah adalah perbuatan sia-sia dan merupakan kebinasaan. Inilah suatu kebenaran yang nyata dan wajib untuk diketahui oleh semua orang.
(Kemudian timbul pertanyaan) bagaimana mereka bisa sujud kepada selain
Allah, menundukkan kepala-kepala mereka dan merendahkan (dengan rasa
hina) leher-leher mereka dihadapan mahluq--mahluq Allah ? semestinya
kepala-kepala dan leher harus terangkat, tubuh harus berdiri tegak
dihadapan makhluk Allah. Karena seluruh mahluk adalah sama derajatnya
dihadapan Allah dalam permasalahan ubudiyah (peng-hambaan) meskipun
dalam masalah setatus derajat kehidupan di dunia mereka berada. Maka
kening itu tidak boleh ditundukkan kecuali hanya kepada Allah saja,
punggung tidak boleh dimiringkan dan ditundukan dengan rasa hina kecuali hanya kepada Dzat Yang Maha Pemberi Kehidupan.
Itulah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada manusia yang mulia. Ubudiyah (peribadatan)bagi manusia adalah sebuah kedudukan yang tinggi dan tidaklah dipilih hak dan pelaksanaan peribadatan itu kecuali oleh
orang-orang yang berilmu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah diberikan penawaran oleh Allah 'Azza wa Jalla antara menjadi seorang Raja (penguasa) dan Rasul (utusan) atau sebagai seorang Hamba dan Rasul (utusan). Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memilih sisi ubudiyah (penghambaan) yaitu sebagai seorang hamba yang di utus, karena beliau mengetahui hakikat dari ubudiyah, dan bagaimana mungkin beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui hal tersebut sedangkan beliau adalah sebagai orang yang mengajarkan Al-Hikmah (Al-Qur'an dan Sunnah).
Pada hakikatnya burung Hud-hud ini adalah salah satu sekor makhluk Allah yang beriman, artinya bahawa ia tidak mengetahui yang patut disembah kecuali hanya Allah semata. Sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka" [Al-Isra : 44]
Dan sebuah kenyataan bahwa burung Hud-hud ini memiliki ilmu dan mengenal beberapa perkara yang samar dimana urusan tersebut tidaklah dikenal kecuali oleh kalangan Ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu).
Tidaklah Hud-hud ketika melewati pada suatu kaum musyrik dengan sikap sebagaimana orang-orang yang tidak peduli dengan keberadaan kaum yang mereka lewat dihadapannya, tidak pula terburu-buru dalam menafsirkan keadaan kaum tersebut, dengan mengatakan : "Mereka adalah orang-orang bodoh dan dungu". Akan tetapi Hud-hud bergerak dan pergi dengan perlahan-lahan kemudian datang melaporkan kejadian yang baru ia saksikan kepada Nabi Allah Sulaiman 'Alaihi sallam dengan kabar yang yakin (tidak diragukan kebenarannya).
Ada pendapat yang mengatakan : Bahwasanya Hud-hud adalah hewan yang
telah dipersiapkan secara khusus dan termasuk salah satu dari golongan
pasukan Nabi Sulaiman yang bertugas khusus dalam hal pengintaian
(menjaga serta mengawasi) dan memiliki kedudukan sebagai mahluk yang
berakal dan berilmu.
Bisa jadi perkataan itu benar. Akan tetapi yang paling penting dalam
kasus di atas adalah sikap marah dan perlawanan yang dimiliki dan
diberikan oleh seekor burung terhadap penyimpangan tauhid yang terjadi.
Sementara di lain pihak kita melihat dan menemukan sebagian manusia dari kalangan orang-orang Islam yang melewati dan melihat kejadian
sebagaimana yang dialami burung Hud-hud ini tanpa ada rasa marah dan
ingkar dalam diri mereka. Bahkan terkadang mereka membenarkan sikap
orang-orang yang bersalah dan tersesat dari jalan tauhid.
Allah (saja yang dimintai pertolongan), seandainya burung Hud-hud
ini melewati pada sebagian negeri-negeri kaum muslimin pada zaman
sekarang dan melihat sikap mereka bergegas untuk mendatangi
tempat-tempat yang diagungkan seperti perkuburan-perkuburan, kubah-kubah (sejenis bangunan untuk menutupi atas kuburan tertentu). Dan seandainya Hud-hud mendengar teriakan-teriakan mereka tersebut ..... dari sebagian kaum muslimin yang menyeru kepada selain Allah !!!
Sungguh suatu realiti pahit yang sangat membimbangkan..lalu bilakah kaum
muslimin akan sadar dan memperhatikan hal ini .... Demikian pula para
Da'i Islam ??
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
salam yuni..
nice post..
sy pernah mendengar ceramah berkenaan dgn ayat ni tp ia berkenaan dgn time management dlm al-quran..
anyway..sy cdgkan klu dpt disertakan dgn rujukan adlh terlebih baik..syukran
Post a Comment